-->

8 Pekerja Menara Komunikasi di Beoga Tewas Ditembak Separatis Papua

8 Pekerja Menara Komunikasi di Beoga Tewas Ditembak Separatis Papua
Militer Indonesia dan petugas kepolisian membawa kantung mayat para pekerja pembangunan jembatan di Nduga yang ditembak kelompok separatis setibanya di Timika, provinsi Papua, pada 6 Desember 2018 - (AFP)

JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Delapan karyawan yang sedang memperbaiki menara komunikasi seluler tewas dibunuh oleh kelompok separatis di Provinsi Papua, kata otoritas keamanan setempat, Kamis (3/3/2022).

Peristiwa di Kabupaten Puncak yang terjadi pada hari Rabu itu merupakan serangan yang paling mematikan setelah penembakan terhadap para pekerja yang membangun jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga pada Desember 2018 yang menewaskan 20 orang termasuk seorang tentara.   

Para karyawan yang bekerja untuk PT Palapa Timur Telematika (PTT) itu diserang oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) - sayap bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka, saat mereka memperbaiki menara seluler Telkomsel di Distrik Beoga, Puncak, kata juru bicara satuan Operasi Damai Cartenz 2022 TNI-Polri, Kombes Ahmad Musthofa Kamal.

“Delapan karyawan PTT tewas dibunuh kelompok kriminal bersenjata saat melakukan perbaikan tower base transceiver station 3 Telkomsel di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak,” kata Kamal dalam pernyataan tertulis.

"Penyerangan yang dilakukan terjadi pada Rabu, namun baru diketahui hari ini," tambahnya.  

Kamal mengatakan bahwa penyerangan tersebut diketahui ketika salah satu karyawan Palapa yang berinisial NS menghubungi petugas via telpon pada Kamis.

NS mengaku tidak berada di lokasi peristiwa saat terjadi penyerangan dan baru mengetahui kedelapan rekannya telah meninggal dunia saat kembali ke lokasi camp.

Kamal mengatakan, petugas belum dapat melakukan evakuasi terhadap delapan korban itu karena terkendala cuara, sementara akses menuju lokasi hanya bisa melalui jalur udara.

Pihak Polres Puncak saat ini sudah membentuk tim untuk menuju ke tempat kejadian untuk membantu proses evakuasi dan melakukan penyelidikan.

TPNPB mengaku sebagai pihak yang melakukan penembakan tersebut.

"Kami sudah tembak mati delapan orang. Satu orang jatuh ke jurang saat kami tembak. Jadi, kami tidak tahu kondisi dia," kata TPNPB dalam pernyataan tertulis.

Dalam siaran persnya, TPNPB membeberkan identitas para korban, yaitu Renal Tagasye, Syahril Nurdiansyah, Eko Septiansyah, Ibo, Nelson Sarira, Jamaludin, Iwan Bin Dartini dan satu orang yang masuk ke jurang saat ditembak.

TPNPB menuntut pemerintah Indonesia untuk segera mencabut surat rekomendasi tambang emas Blok Wabu di Kabupaten Intan Jaya, menutup tambang yang dikelola PT Freeport Indonesia dan menyelesaikan kasus pelanggaaran hak asasi manusia di Tanah Papua.

"Selama pemerintah terus bahas blok Wabu, Freeport masih jalan, kami akan terus lawan dan lawan sampai titik darah penghabisan," demikian pernyataan TPNPB.

Juru bicara Kodam Cenderawasih Kolonel Aqsha Erlangga mengatakan korban akan dievakuasi pada Jumat.

"Kemungkinan dari Polda Papua dan juga perbantuan dari Kodam XVII/Cenderawasih bersama akan membantu evakuasi serta sudah barang tentu Polda Papua akan mencari pelaku pembunuh karena ini adalah kejahatan kriminal luar biasa," kata Aqsha dalam pernyataan kepada wartawan.

"Karena merupakan kejahatan kriminal luar biasa yang mengakibatkan delapan orang masyarakat sipil meninggal dunia, maka penanganan akan ditangani oleh pihak Kepolisian dalam hal ini Polda Papua," ujarnya.

Penyerangan fatal terhadap para pekerja itu terjadi beberapa hari setelah adanya laporan dari para ahli hak asasi manusia PBB yang mengecam pemerintah Indonesia atas memburuknya situasi kemanusiaan di Papua seperti “pembunuhan di luar proses hukum - termasuk anak-anak kecil, penghilangan paksa, penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi dan pemindahan paksa setidaknya 5.000 orang asli Papua oleh pasukan keamanan.” kata para pelapor PBB.

Tudingan itu ditolak oleh kantor misi PBB Indonesia di Jenewa yang menuduh balik pelapor hak asasi manusia PBB itu sebagai “tidak lebih dari sebuah monolog, yang tampaknya dirancang semata-mata untuk tujuan kepentingan mereka sendiri.”

Misi Indonesia mengatakan pengerahan personel keamanan di Papua diperlukan karena adanya serangan “yang merajalela” oleh kelompok separatis terhadap warga sipil.

Penyerangan terhadap patroli TNI

Pada Kamis, Aqsha mengatakan satu anggota TNI terluka dalam penyerangan dan penembakan oleh sekitar 15 pejuang separatis bersenjata laras panjang terhadap patroli di pos Koramil Dambet, Beoga, sekitar 15 kilometer dari lokasi kejadian penembakan terhadap pekerja menara.

"Saat memperbaiki saluran air itulah tiba-tiba KST [kelompok separatis teroris] menyerang dan menembaki anggota TNI yang sedang berpatroli," tambahnya.

Sementara itu, masyarakat sipil dilaporkan mengungsi ke sebuah gereja di Beoga akibat adanya baku tembak.

"Sore ini kami masyarakat pengungsi Beoga kumpul di Gereja Milawak 1. Tolong advokasi. Amolongo," demikian tertulis pada dinding akun Facebook "Info Beoga".

Pada akun tersebut juga dilampir tujuh foto yang menggambarkan masyarakat dan anak-anak duduk di halaman luas dengan latar belakang sebuah bangunan gereja.

Konflik separatis telah berlangsung di Papua sejak tahun 1960-an. Papua resmi menjadi bagian dari Indonesia sejak Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di bawah pengawasan PBB pada 1969, namun sebagian warga Papua dan pegiat hak asasi manusia memandang Pepera tidak sah lantaran hanya melibatkan sekitar seribu orang.

Pada 2003, Papua dibagi menjadi dua provinsi – Papua dan Papua Barat.

Kekerasan di Papua dan Papua Barat mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, yang mengakibatkan korban tewas dari pihak aparat keamanan, kelompok separatis dan rakyat sipil serta ribuan warga terpaksa mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri. (Yuliana Lantipo| BenarNews)

Tentang Kami

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel