-->

Polisi Australia Amankan Kepulauan Solomon Paska Rusuh Anti China di Honiara

<p>HONIARA, LELEMUKU.COM - Polisi Australia mengambil alih pengamanan ibu kota Kepulauan Solomon, Honiara, pada Jumat, 26 November 2021, setelah negara kepulauan Pasifik Selatan itu berhari-hari dilanda protes dengan kekerasan.<br /><br />Gas air mata dikerahkan di China Town di mana penjarahan dan pembakaran gedung berlanjut pada Jumat pagi dan jam malam baru diperkirakan akan diberlakukan di kemudian hari, kata seorang penduduk kepada Reuters.<br /><br />Perdana Menteri Manasseh Sogavare, yang meminta bantuan dari Australia, menyalahkan negara-negara asing karena memicu protes kekerasan, tetapi tidak menyebutkan nama negaranya.<br /><br />Banyak pengunjuk rasa berasal dari provinsi terpadat Malaita karena merasa diabaikan oleh pemerintah di Provinsi Guadalcanal dan menentang keputusan 2019 yang mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan dan menjalin hubungan formal dengan Cina.<br /><br />"Saya merasa kasihan kepada warga di Malaita karena mereka diberi janji palsu tentang peralihan itu," kata Sogavare kepada Australian Broadcasting Corporation.<br /><br />"Negara-negara yang sekarang mempengaruhi Malaita ini adalah negara-negara yang tidak menginginkan hubungan dengan Republik Rakyat Cina, dan mereka melarang Kepulauan Solomon untuk menjalin hubungan diplomatik dan mematuhi hukum internasional dan resolusi PBB."<br /><br />Cina dan Taiwan telah menjadi saingan di Pasifik Selatan selama beberapa dekade dengan beberapa negara pulau beralih kesetiaan.<br /><br />Cina memandang Taiwan sebagai provinsi yang bandel tanpa hak untuk menjalin hubungan antarnegara, yang disengketakan oleh pemerintah di Taipei. Hanya 15 negara yang mempertahankan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Dua yang terakhir meninggalkan Taipei demi Beijing adalah Kepulauan Solomon dan Kiribati pada September 2019.<br /><br />Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, "Kami tidak ada hubungannya dengan kerusuhan".<br /><br />Penduduk Pulau Solomon, Transform Aqorau, mengatakan lebih dari seratus orang menjarah toko pada Jumat, sebelum petugas Polisi Federal Australia tiba.<br /><br />"Keadaan di sini benar-benar kacau. Ini seperti zona perang," kata Aqorau kepada Reuters melalui telepon pada Jumat pagi.<br /><br />"Tidak ada angkutan umum dan harus berjuang melawan panas dan asap. Bangunan masih menyala."<br /><br />Dia mengatakan polisi Australia "mengambil alih Chinatown".<br /><br />Sebuah pernyataan di situs web pemerintah Kepulauan Solomon mengatakan pegawai negeri dengan pengecualian pekerja penting harus tinggal di rumah "karena kerusuhan saat ini di Kota Honiara".<br /><br />Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan Australia mengirim 100 personel polisi dan "jelas fokus pada stabilitas di kawasan kami".<br /><br />Polisi Australia sebelumnya dikerahkan ke Kepulauan Solomon pada 2003 di bawah misi penjaga perdamaian yang disahkan oleh deklarasi Forum Pulau Pasifik dan tinggal selama satu dekade.<br /><br />Kerusuhan yang parah dan konflik bersenjata dari 1998 hingga 2003 melibatkan kelompok-kelompok militan dari Guadalcanal dan pulau tetangga Malaita dalam pertempuran di pinggiran Honiara. (Tempo)</p>

HONIARA, LELEMUKU.COM - Polisi Australia mengambil alih pengamanan ibu kota Kepulauan Solomon, Honiara, pada Jumat, 26 November 2021, setelah negara kepulauan Pasifik Selatan itu berhari-hari dilanda protes dengan kekerasan.

Gas air mata dikerahkan di China Town di mana penjarahan dan pembakaran gedung berlanjut pada Jumat pagi dan jam malam baru diperkirakan akan diberlakukan di kemudian hari, kata seorang penduduk kepada Reuters.

Perdana Menteri Manasseh Sogavare, yang meminta bantuan dari Australia, menyalahkan negara-negara asing karena memicu protes kekerasan, tetapi tidak menyebutkan nama negaranya.

Banyak pengunjuk rasa berasal dari provinsi terpadat Malaita karena merasa diabaikan oleh pemerintah di Provinsi Guadalcanal dan menentang keputusan 2019 yang mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan dan menjalin hubungan formal dengan Cina.

"Saya merasa kasihan kepada warga di Malaita karena mereka diberi janji palsu tentang peralihan itu," kata Sogavare kepada Australian Broadcasting Corporation.

"Negara-negara yang sekarang mempengaruhi Malaita ini adalah negara-negara yang tidak menginginkan hubungan dengan Republik Rakyat Cina, dan mereka melarang Kepulauan Solomon untuk menjalin hubungan diplomatik dan mematuhi hukum internasional dan resolusi PBB."

Cina dan Taiwan telah menjadi saingan di Pasifik Selatan selama beberapa dekade dengan beberapa negara pulau beralih kesetiaan.

Cina memandang Taiwan sebagai provinsi yang bandel tanpa hak untuk menjalin hubungan antarnegara, yang disengketakan oleh pemerintah di Taipei. Hanya 15 negara yang mempertahankan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Dua yang terakhir meninggalkan Taipei demi Beijing adalah Kepulauan Solomon dan Kiribati pada September 2019.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, "Kami tidak ada hubungannya dengan kerusuhan".

Penduduk Pulau Solomon, Transform Aqorau, mengatakan lebih dari seratus orang menjarah toko pada Jumat, sebelum petugas Polisi Federal Australia tiba.

"Keadaan di sini benar-benar kacau. Ini seperti zona perang," kata Aqorau kepada Reuters melalui telepon pada Jumat pagi.

"Tidak ada angkutan umum dan harus berjuang melawan panas dan asap. Bangunan masih menyala."

Dia mengatakan polisi Australia "mengambil alih Chinatown".

Sebuah pernyataan di situs web pemerintah Kepulauan Solomon mengatakan pegawai negeri dengan pengecualian pekerja penting harus tinggal di rumah "karena kerusuhan saat ini di Kota Honiara".

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan Australia mengirim 100 personel polisi dan "jelas fokus pada stabilitas di kawasan kami".

Polisi Australia sebelumnya dikerahkan ke Kepulauan Solomon pada 2003 di bawah misi penjaga perdamaian yang disahkan oleh deklarasi Forum Pulau Pasifik dan tinggal selama satu dekade.

Kerusuhan yang parah dan konflik bersenjata dari 1998 hingga 2003 melibatkan kelompok-kelompok militan dari Guadalcanal dan pulau tetangga Malaita dalam pertempuran di pinggiran Honiara. (Tempo)

Tentang Kami

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel